Sabtu, 09 Maret 2024

40 Tahun, Ngapain Aja?

 

"Lahiran tahun berapa?"
"2005."
"2002."
"94"
"96"
"2007"
"Mbak?"
"84"
Ups, jauh banget 🤭

Ketika itulah saya sadar. Saya sudah sangat dewasa. Setidaknya dari sisi usia. Angka empat puluh menjadikan saya merenung. Sudah sejauh ini, apa yang diperbuat? Jangan-jangan saya gak ngapa-ngapain.  Biar bisa refleksi, saya coba menuliskannya dalam fase perdasawarsa.



0 sampai 10 tahun (mendekap)

Di fase ini saya namai mendekap karena memang di rentang usia yang saya memiliki kenangan indah sebagai anak-anak. Lahir dari keluarga baik-baik. Meski harus bekerja keras, Bapak saya bertanggung jawab sepenuhnya sebagai kepala keluarga. Mamak adalah sosok perempuan sabar dan totalitas dalam mengurus rumah tangga. 

Saya punya ingatan diajak ke pasar malam, dibelikan jajan, dibuatkan mainan. Punya sepupu yang biasa diajak main saat akhir pekan. Bahkan sempat nonton bioskop bersama mereka.

Pertemanan khas anak-anak masih saya rasakan. Bersepeda, mencari buah, masak-masakan, berpetualang, bermain yeye, be-pe, cak ingkling, ambulan, dakocan, pantak lele, engrang, tungkupan, bentengan, dan sejumlah permainan tradisional lainnya. Hidup adalah bermain. 

11 sampai 20 tahun (melompat)

Fase remaja awal yang dalam ilmu psikologi dikenal istilah storm and stress (badai dan tekanan). Hal ini dikarenakan adanya berbagai perubahan fisik, psikologis serta sosial yang terjadi di masa remaja. Masa kritis yang jika dapat dilalui dengan baik akan sangat membantu siapapun mempersiapkan masa depannya. 

Masa remaja saya adalah masa paling sulit. Berada di titik terendah dalam hidup. Allahh takdirkan ujian saya ada pada keluarga. Jatuh, terbentur, terluka, berdarah. Perih, sakit, ngilu. Menangis, teriak, hingga tak ada lagi air mata, tak ada lagi suara.

Ketika itu saya tidak tahu mengapa hidup begitu lirih. Tapi saya tak sempat bertanya pada Tuhan, karena hari-hari terlalu sibuk dengan beragam 'ujian'. Banyak hal yang begitu cepat terjadi. Melompat dari satu kejadian ke kejadian selanjutnya. Termasuk keisengan saya melakukan hal paling berbahaya di masa remaja. 

Tapi di luar itu semua, saya bersyukur Allah pertemukan dengan teman-teman yang baik. Saling membantu dan membawa pengaruh positif. Di rentang ini pula saya mulai beragama secara logika bukan semata doktrin. 

Defini hidup adalah berjuang.



21 sampai 30 tahun (menggapai)

Guncangan belum usai, tapi saya sudah lebih stabil. Sudah terlatih menguatkan hati. Awal dewasa yang saya penuhi dengan melakukan hal-hal diinginkan. Melakukan yang terbaik meski tidak pernah tahu akan kemana kaki melangkah. Saya lakukan saja mesti dengan mata yang samar menatap ke depan.

Secara pendidikan, tidak buruk. Organisasi, pergaulan, pertemanan semua baik-baik saja. Termasuk prestasi yang berhasil saya raih. Namun, semua belum membuat saya jelas menggambar 'stasiun' hidup saya. Saya tidak yakin apa yang harus saya gapai. 

Di saat yang lain mulai meniti karier saya justru berdoa yang kuat untuk menikah. Keinginan sederhana saya adalah menikah dan menjadi ibu rumah tangga. Saya yang tidak memusingkan akan memilih profesi apa. Sungguh, hidup adalah ketidakjelasan.

31 sampai 40 tahun (mendarat)

Ketika Allah pertemukan saya dengan suami, sejatinya Allah pertemukan saya dengan masa depan, karier, pekerjaan serta kehidupan. Masya Allah. Paket lengkap. Secara individu, hidup saya sudah selesai. Saya sudah menemukan. Saya sudah mendarat dari bermacam angan.Tidak ada lagi yang saya cari. Keluarga, teman, pekerjaan, dan impian semua sudah menemukan 'stasiun' tujuan. 

Menoleh ke belakang, terkadang masih tidak percaya bahwa semua yang sudah saya lewati adalah skenario yang saling melengkapi. Satu-persatu puzzel saling terpasang. Menampilkan takdir terbaik untuk saya. 

Belajar dari Rasulullah, usia 40 adalah usia yang telah selesai dengan diri sendiri. Siap membaktikan hidup untuk kehidupan sekitar. Karena hidup adalah pengabdian. 


Setelah 40 (menetap)

Allah sudah genapkan, alhamdulillah. Saya akan menjaga dan merawat semua. Sebab hidup adalah penantian (berjumpa denganNya)

Share:

6 komentar:

  1. Masyaallah. Katanya life begin at forty, Mbak. Selamat terus mengabdi, Mbak. Semoga Allah mudahkan dan mampukan.

    BalasHapus
  2. Masya Allah... Barakallahu fii 'umrik mbak 🤲

    BalasHapus
  3. Barokallah mbak umi. Tulisan ini juga hadiah untuk diri saya. Trimakasih mbak Umi Laila Sari sudah memanggil saya untuk sama-sama bersyukur atas usia ini.

    BalasHapus
  4. SELAMAT BERULANG TAHUN MBA


    TERUS MENGINSPIRASI

    BalasHapus
  5. Pengalaman hidup yang sungguh berarti dalam membentuk karakter diri. Semangat Umi!

    BalasHapus

RUMAH BACA AL-GHAZI

RUMAH BACA AL-GHAZI