Selasa, 30 April 2019

Novel Fantasi Rasa Ensiklopedi Karya Tere Liye

Resensi Novel Ceros dan Batozar, Komet serta Komet Minor


Sejak di rilis pada 2014  lalu, novel remaja bergenre fantasi seri Bumi selalu mendapat apresiasi luar biasa dari pembaca. Hingga 2019, telah terbit tujuh seri yakni Bumi, Bulan, Matahari, Bintang, Ceros dan Batozar, Komet serta Komet Minor.

Tokoh utama petualangan antar klan ini adalah tiga siswa SMA yakni Raib, Seli dan Ali. Ketiganya meski tampak seperti remaja lainnya namun mereka memiliki kekuatan khusus yang didapat dari keturunan.

sampul novel ceros dan batozar, komet & komet minor

Raib berasal dari klan Bulan, memilki kemampuan menghilang atau teleportasi. Seli dengan kemampuan mengeluarkan petir dari tangannya adalah generasi klan Matahari. Sementara Ali yang asli klan Bumi tapi juga memiliki nenek moyang dari klan Aldebaran dapat berubah wujud menjadi beruang.

Berbeda dari seri sebelumnya yang masing-masing memiliki kisah petulangan di klan tertentu. Tiga seri terakhir merupakan rangkaian petualangan mengalahkan si Tanpa Mahkota.

Sebagai pembuka, di buku Ceros dan Batozar, pembaca diperkenalkan pada tokoh yang kelak akan menjadi sekutu Raib dan kawan-kawan. Ceros merupakan jelmaan wujud Nggalanggeran dan Nggalanggeram.  Si kembar yang ternyata memiliki masa lalu dikhianati oleh Si Tanpa Mahkota. Sementara Batozar akan menjadi pendamping yang bisa diandalkan selama petualangan di Klan Komet Minor.

Kisah semakin tegang di buku selanjutnya, Komet. Klan ini bukan tujuan, hanya petunjuk untuk menuju keberadaan pusaka tombak ajaib. Di pulau terakhir, yakni pulau Hari Minggu terdapat portal menuju Komet Minor.

Ada dua tokoh baru yakni pasangan kakek Kay dan nenek Nay. Uniknya, di setiap pulau yang dilalui oleh Raib, Seli dan Ali selalu ada kembaran Kay dengan berbagai latar belakang berbeda. Nelayan, pemilik restoran, petani, perampok, bahkan raja. Buku Komet ditutup dengan peristiwa menyakitkan. Sebuah penghianatan teman dekat harus dialami di detik-detik terakhir saat terbukanya portal menuju klan Komet Minor.

Sebuah keajaiban dalam kisah adalah hak mutlak penulis. Namun akan terasa aneh jika keajaiban hadir tanpa sebab akibat. Di sinilah saya melihat ketelitian seorang Tere Liye. Memberi seolah keajaiban namun tetap dapat diterima logika. Kehadiran Batozar adalah salah satu keajaiban di buku Komet Minor. Selain keajaiban lainnya di akhir kisah lewat kejeniusan Ali membeli jel duplikat barang.

Sepanjang kisah, pembaca selalu dibuat tegang oleh aksi kejar-kejaran memperebutkan tombak pusaka. Diskripsi alam yang menjadi medan laga dipadu kondisi emosi tiap tokoh menjadikan petualangan terasa begitu hidup.

Sungguh, saya seolah ikut menahan nafas saat tubuh Seli diikat oleh jaring dari cairan hijau cacing pasak.

Ketiga novel ini memang menegangkan tapi jangan khawatir membuat pembaca bosan. Tetap ada lelucon khas remaja, candaan gaya Batozar atau keusilan yang tak terduga. Bahkan sisi paling sentimentil juga melengkapi kisah.

Bagaimana seorang buronan kriminal yang paling dicari di klan Bulan tidak lagi peduli atas apapun hanya 'sekadar' ingin menyaksikan kembali wajah anak dan istrinya. Bagaimana si cuek Ali dengan sangat mengagumkan berbicara tentang makna keluarga meski ia sendiri tidak tahu kapan ayah dan ibunya dapat berkumpul bersama.

Jika ada kelebihan lain dari tiga novel ini, bagi saya adalah pesan moral khususnya bagi remaja sebagaimana segmen utama pembacanya. Berbagai penjelasan ilmiah dalam novel menjadi pelajaran mengasyikkan. Jika kebanyakan anak SMA, --saya juga mengalaminya puluhan tahun lalu--, merasa bosan dengan pelajaran biologi, fisika, atau saint lainnya maka menjadi berbeda dengan buku ini. Saya jusru penasaran mengetahui banyak hal lainnya setelah penjelasan Ali. Seperti kata Seli, boleh jadi Ali hanya mengarang-ngarang saja, ha... ha... ha....

Saya jadi berhayal andai guru-guru saint punya wawaan luas seperti Ali.  Akan ada kisah indah lainnya di masa SMA. Tak melulu tentang cinta monyet atau cabe-cabean ala kids zaman now!

Lebih jauh, saya menafsir novel ini membawa semangat memajukan ilmu dan tehnologi di kalangan generasi muda. Indonesia bangsa yang besar dengan segenap sumber daya alamnya tentu sangat membutuhkan tehnologi lebih canggih. Jangan sampai kekayaan Indonesia hanya untuk memanjakan mata namun tidak maksimal dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat.

Generasi muda harus memiliki wasasan luas, punya insiatif melakukan hal kreatif. Meski untuk itu terkadang dipandang aneh oleh kebanyakan orang. Tak masalah. Bukankah berpikir out of the book menjadi gaya hidup para millenial.

Tetapi, tehnologi adalah urusan otak. Hanya mengandalkan otak hanya akan menciptakan Si Tanpa Mahkota versi dunia nyata. Sibuk memperhebat diri sendiri tanpa peduli dengan sekitar. Melakukan apapun termasuk menyakiti orang lain demi ambisi pribadi. Novel ini mencontohkan keseimbangan. Otak dan hati. Akal dan budi.

"Hanya karena sesuatu itu terlihat buruk, tidak otomatis menjadi buruk betulan. Pun sebaliknya, hanya karena sesuatu terlihat baik, tidak otomatis memang baik sesungguhnya. Mungkin saja ada hikmah yang tersembunyi, yang tidak kita pahami. Biarlah dunia paralel menjaga keseimbangannya." (hlm 366)

Nilai kesetiaan, pengorbanan, pantang menyerah, berempati, kerjasama hingga saling memaafkan adalah karakter yang sejatinya menjadi penyeimbang dalam kehidupan.

Saya tidak ingin menyebut kekurangan hanya saja ada hal yang menurut saya mungkin  akan lebih komplit jika di kisah juga menceritakan saudara kakak atau adik. Ketiga tokoh semuanya anak tunggal sehingga interaksi dalam keluarga terbatas pada orang tua. Itu pun semua baik-baik saja kecuali Ali yang tidak jelas keberdaan orang tuanya.

Ada kesan bahwa ketiganya remaja 'bebas'.  Jika saja salah satu tokoh memiliki saudara akan ada dinamika. Misalnya konfik antar saudara atau saudara yang iri atas kemampuan khusus yang dimiliki saudaranya. Atau malah sebaliknya, saudara yang siap membantu kapanpun. Keutuhan sebagai keluarga menjadi penting mengingat saat ini banyak remaja jauh dari keluarga.

Sebagai bacaan segmen remaja, novel ini sangat rekomendasi. Layak diapresiasi. Novel fantasi karya anak bangsa yang tidak kalah keren dengan novel fantasi best seller dunia. Saya percaya itu!

Oh iya bahkan secara khusus, novel ini wajib dibaca para guru mata pelajaran eksakta. Semoga seusai membacanya, tidak lagi menjadi guru yang membosankan. Hanya mengulang penjelasan yang sama ribuan kali setiap tahun. Padahal ilmu pengetahuan terus berkembang.

Sesaat terpikir jika saja seri Bumi termasuk tiga seri terakhir diadaptasi ke layar lebar. Boleh jadi akan samakin memperluas jangkauan penikmat kisah petualangan Raib dan kawan-kawan. Biasanya juga penonton film ikut penasaran membaca bukunya langsung.

Namun boleh jadi juga justru mengacaukan imajinasi pembaca atas kemajuan tehnologi di klan lainnya. Jadi biarkan saja penulisnya mempertimbangkan ide untuk mengikuti jejak novel karyanya yang lain yang lebih dulu difilmkan atau tidak.

Karena kisah bersambung tentu lebih baik membacanya Ceros dan Batozar, Komet serta Komet Minor berurutan. Namun kalua pun baru menemukan salah satunya juga tidak masalah untuk langsung dibaca.

Saya sendiri membaca Komet terlebih dahulu sebelum Ceros dan Batozar dan disusul Komet Minor. Karena memakai alur kisah maju tidak sulit memahami kisahnya. Jika bertemu pada tokoh atau kejadian di ser sebelumnya akan ada di keterangan foot note.

Dua buku (Ceos dan Batozar serta Komet) saya baca versi ebook. Sementara Komet Minor versi buku fisik. Dengan tentu saja hanya membaca buku asli, bukan bajakan. Saya tahu betul bahwa penulisnya (juga semua penulis) sangat mengharamkan tindak pencurian intelektual seperti pembajak buku.

Jadi teringat cerita adik ipar saya yang baru saja perpisahan. Sejak naik kelas XII, mereka diumumkan untuk menyumbang satu buku untuk perpustakaan sekolah. Ia dan gangnya sepakat membeli novel seri Bumi dengan judul berlainan.

Sebelum mengumpulan buku tersebut ke wali kelas, mereka akan bergiliran membaca dengan saling pinjam. Wow... cara cerdas  membaca buku sekaligus menyumbang buku ala anak SMA!

Sama halnya yang ditulis Tere Liye berulang-ulang di status facebooknya bahwa banyak cara membaca bahkan tanpa mengeluarkan uang. Kalaupun ingin mengoleksi bukunya, pastikan hanya yang asli ya!

Akhirnya meski di sampul belakang buku ditulis bahwa ini laga terakhir melawan Si Tanpa Mahkota, bukan berarti petualangan usai. Akan ada seri selanjutnya. Selamat menanti. Jika ada novel fantasi rasa ensiklopedi, inilah jawabannya! Super badass!
.
.

Biodata Buku
Judul: Ceros dan Batozar, Komet, Komer Minor
Penulis: Tere Liye
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2018, 2019, 2019
Tebal halaman: 376,  386, 376
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

RUMAH BACA AL-GHAZI

RUMAH BACA AL-GHAZI